Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Syair-Syair Cinta Layla dan Majnun

Syair-Syair Cinta Layla dan Majnun
Syair-syair Kisah Layla Majnun

Syair-Syair (Quotes) Layla dan Majnun

    Kisah Layla Majnun merupakan kisah legendaris dari negeri timur yang sangat populer hingga saat ini, dalam kisah nya majnun senantiasa bersyair untuk kekasih nya laila, disini kami memberikan beberapa syair dari kisah cinta tiada akhir layla dan majnun.

Majnun seorang penyair besar yang salah satu syairnya berbunyi: 

Duhai yang membuatku menangis, tertawa, mati dan hidup! 
Duhai yang perkaranya adalah perintah!  
Engkau tinggalkan aku mendengki kengerian, 
saat melihat dua orang saling mengasihi tidak gelisah pada ketakutan. 
Wahai rasa cinta yang menambahkan aku gelora setiap malam 
Wahai kekasih yang menentramkan! 
Janjimu berjumpa di Hari Kebangkitan 
Wahai pengabai Laila! 
Engkau telah menjedaku dengan jarak 
dan menambahkan sesuatu yang tidak pernah dilakukan pengabai! 
Aku tertegun pada sikap waktu terhadapku 
dan terhadap Laila Setelah semua yang terjadi di antara kami, 
waktu tenang begitu saja

Syair ciptaan Majnun Bani Amir, yaitu Qais ibn Mu'adz sebagai berikut, 

Aku berdoa pada Tuhannya manusia 
dua puluh kali haji Siang malam, 
dalam keramaian atau saat sendirian 
Agar Laila mendapat cobaan seperti yang kurasa 
Sehingga dia tahu keadaanku dan tersentuh dengan yang kualami
Tapi Allah tidak mengabulkan doaku 
dan tidak membangunkan hatiku 
Justru kian bertambah hingga aku terjaga sendiri
Wahai Tuhan! 
Buatlah ia mencintaiku dan sembuhkan aku dengannya 
dan istirahatkan aku dari sesuatu yang mengeraskan hatiku

Saya mendengar Abu Bakar Muhammad ibn al-Mundzir adh- Dharir berkata: Ada seorang laki-laki yang berpapasan dengan Majnun Bani Amir yang tampak sedang meracau. Lelaki itu bertanya, “Bagaimana kabarmu?" Majnun menjawab dengan syair, :

Aku mengalami kekecewaan atau penyakit cinta gila 
Jauhilah aku, 
agar kamu tidak mengalami yang kualami 

Syair Majnun Seseorang Memanggil-manggil Namamu

Seseorang memanggil-manggil namamu saat kami berada
di lereng bukit Mina
Mendengar namamu terguncanglah hatiku karena sedih
Duhai lelaki itu tidak mengetahui betapa suci namamu
Mengapakah ia memanggil nama Layla dengan seenaknya?
Apakah ia tidak tahu dengan menyebut namamu
Berarti ia menerbangkan seekor burung yang telah bersarang di hatiku
Ia memanggil nama Layla
Semoga Allah membukakan kedua matanya
Untuk melihat betapa pesonamu tak mampu dia bayangkan

Ibnu al-A'rabi berkata: Salah satu syair bagus ciptaan Majnun ibn Amir berbunyi, 

Orang-orang berkata aku tidak butuh Laila, 
padahal aku kecewa dengan Laila dan aku tak lagi sabar 
Sebab Laila begitu indah hingga masa selalu berbuat baik 
dan menyirami Laila setelah umur sendiri berakhir 
Aku menghasratkan Laila dan aku kecewa padanya 
Hasrat dan kecewa; 
bagaimana menyatukannya dalam satu dada

Gharra' binti al-Faqa'i al-Bashriyyah menyenandungkan syair Majnun berikut ini,

" Aku berjalan menjauhi rumah Laila, 
aku tersakiti karenanya
tapi hatiku haus cinta Hatiku ada di rumah Laila. 
Tapi adakah bagiku jalan menuju hatiku dan rumahnya? 
Andai saja hujan bersedia turun, 
maka dengan rahmat-Nya 
hujan bersedia menjawabku 

Salah satu syair indah Majnun Bani Amir berbunyi, Orang-orang berkata, 

Majnun gila karena cintamu (Laila).
 Sungguh indah kegilaan
 dan ikatan cinta Majnun padanya 
Tapi tak ada baiknya dalam cinta, 
yang geloranya memendam kesendirian 
dan kepedihan” 

Syair Majnun yang lain adalah, 

Mereka bilang "Engkau tergila-gila pada Laila.
" Aku jawab, "Cinta adalah penyakit yang lebih parah dari gila." 
Majnun disebut gila karena cinta. 
Cinta telah menjadikannya gila. 
Majnun pernah bersyair,  Aku tergila-gila pada Laila,
 tapi dia tergila-gila pada selainku 
Orang lain dibuat gila memikirkan kami, 
sedang kami tak menginginkannya 

Syair karya Majnun yang lain berbunyi,  

Orang-orang mendatanginya membacakan ta'awuzh dan rukyah 
Mereka menyirami Majnun dengan air dari penyakit yang sering kambuh 
Mereka berkata, "Majnun mendapat tatapan mata dari jin." 
Jika waras, mestinya mereka berkata, 
"Majnun mendapat tatapan mata dari seorang manusia." 

Sebagian dari syair Majnun adalah:

”Para pencela mengucapkan celaan untukku 
Pada teriakan mereka, ada kedamaian yang kurasakan Mereka berkata, 
“Jika kau mau, sabarlah menghadapi Laila!" Kepada mereka aku berkata, 
“Aku tak mau." 
Bagaimana tidak, cintanya lekat di hatiku, 
seperti sauk terkait pada tali 
Ia memiliki cinta yang singgah dari hatiku 
Yang takkan pernah habis meski terus dicela” 

Syair Qais ibn Mu'adz berbunyi, 

“Apakah kepergianku dari kalian beberapa malam membuat Laila sakit? 
Padahal engkaulah Laila yang sungguh menambahku kian sakit 
Kesalahan mereka padaku engkau hitung satu dosa, 
wahai Laila, 
Tapi aku tak pernah menghitung dosa-dosa mereka padaku 
Jika engkau mau, saya haramkan perempuan selain dirimu 
Jika engkau mau, saya tidak akan pernah minum air segar 
Esok akan banyak orang menangis dari golongan kami dan kalian 
Rumahku pun semakin jauh dari rumah-rumah kalian” 

Abdullah ibn Khalaf menyenandung syair karya Majnun Bani Amir berikut ini, 

“Wahai yang serupa Laila (rusa)! Sungguh Laila sedang sakit, sedangkan engkau sehat bugar, maka itu mustahil Aku berkata kepada rusa yang bersua denganku di padang tandus, "Apakah engkau saudara Laila?" Lalu ada yang berkata, Meski memang Laila bukanlah rusa, Rusa-rusa itu yang menyerupai Laila” 

Salah satu syair terkenal Majnun adalah, 

Aku teringat olehmu ketika jamaah haji menyeru talbiah di Mekah,
 hatiku berkeliaran kepada Laila 
Saya katakan kami berada di Tanah Haram 
Di sana hati kuikhlaskan untuk Allah 
Aku bertobat kepadamu wahai Dzat Pengasih
 Aku bersalah dan dosa terus bertambah  
Adapun dengan hasratku pada laila dan kesukaanku mengunjunginya, 
aku tidak akan bertobat 

    Pada suatu hari Qais dikejutkan dengan seekor anjing milik Laila yang tengah berjalan di lorong kampungnya. Qais alias majnun segera mengikutinya dengan harapan ia menemukan tempat di mana Laila berada. Di tengah perjalanan Qais melewati sekelompok orang kampung sedang shalat berjamaah, tetapi Qais tidak melihat mereka lantaran ia terlalu fokus mengejar anjing kepunyaan Laila. Setelah Qais pulang, sekelompok orang yang tadi melakukan shalat jamaah bertanya kepada Qais:

Jamaah:
قد مررت بنا ونحن نصلي فلم لم تصل معنا ؟ "
Wahai Qais, tadi kau melewati kami saat kami sedang shalat. Kenapa kau tidak ikut shalat berjamaah dengan kami?

Majnun menjawab :

والله مارأيتكم ، ووالله لو كنتم تحبون الله كما أحب ليلى لما رأيتموني ، كنتم بين يدي الله ورأيتموني ، وأنا بين يدي كلبها ولم أركم .أعيدوا صلاتكم يرحمكم الله

Demi Allah, saat kalian sedang shalat berjamaah aku sama sekali tidak melihat kalian. Bila kalian benar-benar cinta kepada Allah sebagai mana diriku kepincut dengan Si Laila, pastilah kalian tidak melihat aku saat kalian shalat. Padahal kalian sedang beraudiensi dengan Allah tetapi mengapa kalian masih bisa memperhatikan diriku. Aku saja yang mengejar anjing kepunyaan Laila pujaan hatiku sama sekali tidak melihat kalian. Sekarang juga, ulang kembali shalat yang tadi kalian kerjakan. Semoga dengan begitu kalian mendapat rahmat Allah.

(Bab VI, hlm. 71-72, inilah syair dari Layla setelah Ishaq menyakini cinta Layla kepada Qays: “Adakah anda bisa membacakan syair untuknya?” Ishaq, lelaki itu, kemudian berjanji akan menyampaikannya kepada Qays).

Bila Kakiku Terperosok, Aku Menyebut Namanya (Syair gubahan Layla untuk Qays "Majnun")

Bila kakiku terperosok, aku menyebut namanya
Aku bermimpi dalam tidurku hidup bersama dia
Apabila disebut nama Qays
Hilanglah kekuatan jiwaku
Hatiku seperti sirna ditelan namanya
Demi Allah, hampir saja aku gila karena memikirkannya
Dadaku sesak karena rindu
Kaumku mengancam
Jika Qays tidak berhenti menyebut namaku
Maka darahnya akan tumpah membasahi bumi
Bunuhlah aku dan biarkan Qays
Setelah nyawaku melayang, janganlah kalian hina ia
Cukup apa yang ia derita karena cinta
Mungkin ia akan menuduhku tidak setia dengan janji
Dan aku tidak mampu mencegahnya
Kucampur tinta dengan airmataku
Untuk menulis surat padanya
Inilah saat perpisahan bagi orang
Yang akan kukurbankan jiwaku untuknya
Aku khawatir jika ajalku tiba
Tak dapat memandang wajahnya

    Terkadang orang yang kita anggap gila atau kurang waras, dapat memberikan hikmah besar dalam hidup kita.kitab ittihaful amajid bi nafaisil fawaid karanga dari Abu Mun'yah as-Sakunjiy at-Tijaniy hal 86. Khadimul Majlis al-Mu'afah

Inspirasi Buku dari:
Abu Qasim An Naisaburi, Uqala Al Majanin 2018, Maha Karya Sastra Sufi Mahabbah Kisah Cinta Layla dan Majnun & Yusuf Zulaikha, 2018.

Posting Komentar untuk "Syair-Syair Cinta Layla dan Majnun"