Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Nabi Musa As Diseru dan Bertemu Allah di Lembah Suci

Musa Diseru Allah di Lembah Suci

    Selama sepuluh tahun Musa As. tinggal di rumah Nabi Syu'aib As. la menjalankan tugasnya menggembalakan kambing. Setelah selesai dari tugasnya itu Musa As. dan keluarganya pergi meninggalkan Nabi Syu'aib As. saat musim dingin, Musa As. tersesat di jalan yang ia tempuh sehingga ia tidak tahu arah yang dituju. Padahal saat itu istrinya sedang hamil tua. Pada malam yang teramat dingin itu perut istrinya itu mulas terasa ingin melahirkan. Musa As. kemudian mengeluarkan batang kayu untuk membuat api untuk istrinya sehingga mereka tidak kedinginan dan dapat bermalam. Musa As. berusaha untuk menyalakan apinya hingga ia merasa lelah. Maka dilihatnya secercah cahaya dari kejauhan. la tidak tahu bahwa cahaya itu adalah cahaya Allah Swt.

    Musa As. berkata kepada istrinya, "Tunggulah (di sini), sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa suatu berita kepadamu dari (tempat) api api itu". jika tidak, aku dapat membawa sepercik api, agar kamu dapat menghangatkan badan. Tatkala Musa As. menuju api itu, ia melihat api itu berupa cahaya yang memanjang dari langit ke sebuah pohon Ausaj jenis pohon berduri) yang sangat besar. Musa As. pun merasa bingung disertai rasa takut ketika melihat api yang begitu besar tanpa ada asap sedikit pun. Api itu menyala pada pohon berwarna hijau, api itu semakin membara namun hanya membuat kehijauan pohon itu semakim bertambah.

Kisah Nabi Musa As Diseru dan Bertemu Allah di Lembah Suci
lembah suci tempat nabi musa diseru Allah

    Ketika Musa As mendekatinya, ia bersegera mundur dan kembali. Kemudian Musa As. diseru dari balik api itu. Pada saat ia mendengar suara itu, ia merasa tenang dan kembali. Takala mendatanginya ia diseru dari arah lembah sebelah kanan dari pohon itu yang berada pada tanah yang diberkahi, "Wahai Musa! Sesungguhnya aku ini adalah Tuhanmu Pengurus seluruh alam. Musa As. meyakini bahwa itu adalah suara Tuhannya Yang Mahatinggi". (lbnul Asir Al-Jazari, Al-Kāmil fit Tarikhi, Jilid 1: 136-137)

Dari lyādh bin Himar Ra., dia berkata, Rasulullah Saw. Bersabda, 

"Dan Allah mewahyukan kepadaku agar kalian saling merendahkan diri, agar tidak ada seorang pun yang berbangga diri pada yang lain, dan tidak ada seorang pun berlaku lalim pada yang lain." (HR Muslim).

Hadits di atas memberikan beberapa faedah diantaranya:

(a) Wajibnya tawadu, haramnya sombong dan dilarang menyakiti orang lain.

(b) Tawadu yang terpuji yaitu milik Allah Swt. Rasul-Nya, ulama dan semua manusia apabila dimaksudkan dengan hal itu mengharap ridha Allah Swt. Barangsiapa yang berbuat demikian, maka Allah Swt. akan meninggikan kedudukannya dan mengharumkan namanya. Adapun tawadu kepada orang zalim, sungguh ia telah hina yang tidak meninggikan harkat derajatnya. (Dr. Mustafā Sa'id A-Khin, Nuzhatul Muttaqina Syarhu Riyãdis Sālihina, Juz 1, 1407 H/1987 M: 514-515) 

Dari Abu Musa Ra., ia berkata,

"Rasulullah Saw. berdiri menerangkan kepada kami tentang lima hal. "Sesungguhnya Allah Swt. tidak pernah tidur dan tidak seharusnya Dia tidur. Dia berkuasa menurunkan timbangan amal dan mengangkatnya. Akan dilaporkan kepada-Nya segala amalan pada waktu malam sebelum dimulai amalan pada waktu siang, dan begitu juga amalan pada waktu siang akan diangkat kepada-Nya sebelum dimulai amalan pada waktu malam. Hijab-Nya adalah Cahaya." Dalam riwayat Abu Bakar, Api (bukan cahaya). Seandainya Dia menyingkapkannya, pasti keagungan Wajah-Nya akan membakar makhluk yang dipandang oleh-Nya. (HR Muslim, Shahih Muslim, Juz 1, No. Hadits, 293, 1412 H/1991 M: 161). 

Hikmah dan Pelajaran

    Nabi Musa As mempunyai mukjizat tongkat menjadi ular saat ia melawan penyihir firaun dan membelah laut saat dikejar firaun, nabi musa juga diberi gelar Kalimullah, artinya orang yang diajak bercakap-cakap oleh Allah Swt. Beliau juga termasuk Nabi yang digelari Ulul Azmi karena keteguhan dan kesabarannya dalam menghadapi umatnya. Sesungguhnya rasa malu dan membalas kebaikan senantiasa menjadi kebiasaan baik bagi umat yang saleh. Seseorang bila beramal dengan ikhlas karena Allah Swt, meski mendapat upah atau hadiah, tanpa dikehendakinya, maka ia tidak tercela dan tidak akan mengurangi nilai keikhlasan dan pahalanya. (Abdurrahman bin Nashir As-Sa'diy, Mashābih Adh Dhiyamin Qashash Al Anbiyā, 1429 H:37).

Posting Komentar untuk "Kisah Nabi Musa As Diseru dan Bertemu Allah di Lembah Suci "