Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pertemuan Nabi Musa dan Nabi Khidir yang Penuh Hikmah

Memetik Hikmah dan Pelajaran dari Kisah Nabi Musa As Terhadap Khidir

Pencarian Nabi Khidir

    Seseorang yang bernama Nauf bin Bikal menyangka bahwa Khidir itu bukan shahib (yang menemani) Musa bin Imran, ketika ditanyakan kepada lbnu Abbas ia "Berdustalah, musuh Allah." mengatakan, Ubay bin Kaab menceritakan kepadaku dari Nabi Saw., beliau bersabda, "Suatu ketika Nabi Musa As. berdiri untuk berpidato di hadapan kaum Bani israil. Setelah itu, ditanyakan kepadanya, Hai Musa, siapakah orang yang paling banyak ilmunya (di muka bumi ini)? Nabi Musa menjawab, Akulah. Maka Allah mencela Musa As. manakala ia tidak menyadari bahwa ilmu yang diperolehnya itu adalah pemberian Allah.

Pertemuan Nabi Musa dan Nabi Khidir yang Penuh Hikmah
Khidr

    Nabi Musa berkata, Wahai Tuhanku! Apakah ada orang yang lebih berilmu daripada aku? Allah berfirman, Benar. Seorang hamba-Ku yang sekarang berada di pertemuan dua lautan Nabi Musa As. berkata lagi, Wahai Tuhanku! Bagaimana caranya aku dapat bertemu dengan hamba-Mu itu? Allah berfirman, 'Bawalah seekor ikan, tempatkanlah di dalam keranjang. Manakala ikan tersebut lompat, maka disitulah hamba-Ku berada.' Kemudian, Musa pun berangkat dan membawa seekor ikan di dalam keranjang. Lalu Nabi Musa berkata kepada pembantunya, Apabila ikan ini hilang, beri tahu aku. Kemudian keduanya berjalan menusuri pantai hingga ketika keduanya sampai di sebuah batu besar, ternyata di situ terdapat "Maul Hayat" (air kehidupan). Siapa yang meminumnya akan dikekalkan, dan tidaklah sesuatu yang sudah mati mendekatinya kecuali akan hidup (bila minum atau terkena air itu).

    Lantas air pun mengenai ikan itu maka ia pun hidup kembali, sedangkan Nabi Musa pada saat itu tertidur lelap. Tiba-tiba ikan yang berada di dalam keranjang tersebut berguncang keluar masuk ke dalam air laut. Lalu Allah menahan air yang dilalui ikan tersebut, hingga menjadi sebuah jalan. Maka ikan itu pun menempuh jalannya di lautan, dan hal itu bagi keduanya merupakan pemandangan yang sangat mengagumkan. Akhirnya mereka berdua pun melanjutkan perjalanannya. Keesokan harinya, Nabi Musa berkata kepada pembantunya, Bawalah makanan kemari!, Sesungguhnya kita merasa letih karena perjalanan kita ini. Dia mengatakan, Dan tidaklah Nabi Musa merasa keletihan sehingga ia melewati yang diperintahkan Allah kepadanya.

Pertemuan Nabi Musa dan Nabi Khidir yang Penuh Hikmah
Pencarian Nabi Khidr

    Lalu ia (pembantunya) menjawab, Tahukah engkau ketika kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak ada yang membuat aku lupa untuk mengingatnya kecuali setan, dan (ikan) itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali. Dia (Musa) berkata, "Itulah (tempat) yang kita cari. Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula hingga tiba di batu besar tadi, ternyata ada seorang laki-laki yang berselimutkan kainnya. Lalu Nabi Musa As. mengucapkan salam kepadanya. Kemudian Nabi Khidir bertanya kepada Musa; Dari manakah negerimu? Musa berkata, "Saya adalah Musa". Nabi Khidir terperanjat dan bertanya, 'Musa Bani Israil?' Nabi Musa men jawab, "Ya". 

Perjalanan Nabi Musa As Bersama Nabi Khidir

    Ketika Nabi Khidir berkata kepada Musa, "Wahai Musa! Sesungguhnya aku mendapatkan sebagian ilmu dari ilmu-ilmu Allah, Allah telah mengajarkan ilmu yang tidak engkau ketahui, begitu juga engkau mendapatkan sebagian ilmu dari ilmu-ilmu Allah yang aku tidak mengetahuinya." Lalu Musa berkata kepadanya, "Bolehkah aku mengikutimu agar kamu dapat mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu ilmu yang telah diajarkan kepadamu?" Nabi Khidir menjawab, "Sesungguhnya sekali-kali kamu tidak akan sanggup dan sabar bersamaku.

    Bagaimana kamu bisa sabar atas sesuatu yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu? Musa berkata, "Insya Allah kamu akan mendapatiku sebagai orang yang sabar dan aku pun tidak akan menentangmu dalam suatu urusan pun." Nabi Khidir menjawab jika kamu tetap mengikutiku, janganlah kamu menanyakan sesuatu hingga aku sendiri yang akan menerangkannya kepadamu." Kemudian, keduanya berjalan menelusuri pantai. Lalu keduanya naik perahu. Hinggaplah seekor burung pada tiang kapal, lalu menyelamkan paruhnya pada air (untuk minum).

    Nabi Khidir berkata kepada Musa, "llmu yang aku miliki dan ilmu yang engkau miliki dibanding dengan lImu Allah, seukuran dengan apa yang dipatuk oleh burung itu dari laut." Ketika mereka berada dalam kapal, Musa merasa heran oleh tindakan Khidir. Musa berkata kepadanya, "(mereka) telah membawa kita tanpa upah, tetapi mengapa kamu malah melubangi perahu mereka untuk kamu tenggelamkan penumpangnya?" Khidir menjawab, "Bukankah telah aku katakan kepadamu bahwasannya kamu sekali-kali tidak akan sabar ikut bersamaku " Musa berkata, "Janganlah kamu menghukumku karena kealpaanku dan janganlah kamu membebaniku dengan suatu kesulitan dalam urusanku." Itulah pertama kalinya Musa lupa. Tak lama kemudian, keduanya pun turun (dari perahu tersebut) dan pergi berjalan. Tiba-tiba mereka melihat seorang anak kecil yang sedang bermain dengan dua orang temannya. Nabi Khidir memegang kepala anak itu dan membunuhnya.

Pertemuan Nabi Musa dan Nabi Khidir yang Penuh Hikmah
Pertemuan dan Perjalanan Nabi Musa dan Nabi Khidir As

    Musa berkata kepadanya, "Mengapa engkau bunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sungguh, engkau telah melakukan sesuatu yang sangat mungkar. Khidir berkata, "Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa engkau tidak akan mampu sabar bersamaku?" Dia (Musa) berkata, Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu setelah ini, maka jangan lagi engkau memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya engkau sudah cukup (bersabar) menerima alasan dariku." Maka keduanya berjalan, hingga ketika keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka berdua meminta dijamu oleh penduduknya, tetapi mereka (penduduk negeri itu) tidak mau menjamu mereka." Tidak ada seorang pun yang memberi makan atau minum bagi keduanya. Kemudian keduanya mendapatkan dinding rumah yang hampir roboh (di negeri itu), lalu dia menegakkannya.

    Lalu Musa mengatakan kepadanya, "Mereka tidak menjadikan kita sebagai tamu dan tidak pula mempersilakan kepada kita. Jika engkau mau, niscaya engkau dapat meminta imbalan untuk itu." Nabi Khidir mengatakan, "Inilah perpisahan antara aku dengan engkau. Aku akan memberikan penjelasan kepadamu atas perbuatan yang engkau tidak mampu sadari terhadapnya." 

Hadits Hikmah Pelajaran dari Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir

Dari Abu Musa Ra.,

"Ia menceritakan bahwa diberitahukan kepada Nabi Saw, ada seseorang yang mencintai suatu kaum, namun dia sendiri belum pernah berjumpa dengan kaum tersebut, beliau bersabda, "Seseorang akan bersama dengan orang yang dicintai-nya." (HR Bukhāri-Muslim).

Hadist di atas memberikan beberapa faedah diantaranya:

(a). Hendaklah seseorang memilih teman dan saudara dari kalangan orang yang saleh dan bertakwa supaya mereka bisa berkumpul bersama-sama di akhirat dan ini merupakan keutamaan persahabatan yang terpilih.

(b). Sepatutnya bagi seseorang untuk menjauhi persahabatan dengan orang yang jelek akhlaknya lagi fasik supaya mereka tidak berkumpul bersama-sama diakhirat karena persahabatan cenderung memberikan pengaruh. (Dr. Muştafā Sa'id Al-Khin, Nuzhatul Muttaqina Syarhu Riyādiş şalihina, Juz 1, 1407 H/1987 M:342).

Dari Masruq Ra. ia berkata, 

"Ketika aku menemui Abdullah bin Mas'ud, ia berkata, Wahai manusia! Barang siapa mengetahui sesuatu hendaklah ia mengatakan apa yang diketahuinya, dan barang siapa tidak mengetahuinya, maka hendaklah ia mengatakan Allah yang Maha Mengetahui. arena, termasuk dari ilmu ketika ia tidak mengetahuinya jika ia mengatakan bahwa Allah Maha Tahu. Allah Azza wa Jalla berfirman kepada Nabi-Nya Saw "Katakanlah (hai Muhammad), "Aku tidak meminta upah sedikit pun padamu atas dakwahku dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan." (QS Sād, 38: 86). (HR Bukhari, Sahihu'l Bukhāri, 1400, Jilid 3, No. Hadits 4809, 1400 H: 284).

Dari Abu Musa Ra., ia berkata bahwa Nabi Saw. bersabda, 

"Sesungguhnya perumpamaan teman dekat yang baik dan teman dekat yang buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Seorang penjual minyak wangi terkadang mengoleskan wanginya kepada kamu dan terkadang kamu membelinya sebagian atau kamu dapat mencium semerbak harumnya minyak wangi itu. Sementara tukang pandai besi ada kalanya ia membakar pakaian kamu ataupun kamu akan mencium baunya yang tidak sedap." (HR Bukhāri-Muslim).

Hadits di atas memberikan faedah:

(a) Larangan bergaul dengan orang yang telah mengotori perkara dunia dan akhirat.

(b) Dorongan untuk bergaul dengan orang memberikan faedah dunia dan akhirat.

(c) Bolehnya jual-beli parfum dan hukum parfum itu suci apabila dipakai dalam salat. (Dr. Mustafā Sa'id Al-Khin, Nuzhatul Muttaqina Syarhu Riyādis Şālihina, Juz 1, 1407 H/1987 M:339-340). 

Dari Abdullah bin Mas'ud Ra., ia berkata, 

"Ketika aku bersama Nabi Saw. di suatu ladang sementara beliau tengah bersandar, tiba-tiba beberapa orang Yahudi lewat. Mereka saling berkata satu sama lainnya, Tanyakanlah kepadanya tentang ruh sehingga ia kembali bertanya, Bagaimana pendapat kalian tentangnya! Namun sebagian mengatakan, Jangan sampai ia meminta kalian mendatangkan sesuatu yang kalian sendiri tidak menyukainya. Mereka berkata, Tanyakanlah padanya. Kemudian mereka bertanya tentang ruh. Nabi Saw. diam dan tidak menjawab apa pun kepada mereka. Aku tahu beliau tengah diberi wahyu. Aku berdiri dari tempatku. Saat wahyu turun, beliau bersabda, "Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah, 'Ruh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit." (QS Al-Isra, 17:85). (HR AI Bukhāri, Sahihu'l Bukhāri, 1400, Juz 3, No. Hadits 4721:252-253,).  

Hikmah dan Pelajaran

  1. Musa As. adalah seorang Nabi yang diajak berbicara oleh Allah secara langsung, meski demikian ia diperintah untuk belajar kepada Khidir As. Hal ini menunjukkan bahwa kerendahan hati lebih baik dari takabur. Nabi Musa As. diperintah untuk belajar kepada Khidir dikarenakan ia tidak mengembalikan ilmu itu kepada pemiliknya. Selain itu, Allah mewahyukan kepadanya bahwa di antara hamba-hamba-Nya ada seseorang yang memiliki ilmu yang tidak diberikan kepada orang lain.
  2. Maka Musa As. pun ingin menemuinya. Ketika sudah merasa lelah dari perjalanannya, Nabi Musa As. beristirahat sampai tertidur sementara ikan yang dijadikan bekal olehnya sudah meninggalkannya. Hal ini menunjukkan, ikan yang sudah mati, lalu hidup kembali menjadi satu mukjizat bagi Nabi Musa As. dan sebagai pertanda akan bertemu dengan orang yang memiliki ilmu sebagaimana yang diwahyukan kepadanya. Di antara hikmah Musa As. tertidur di tempat itu, agar ia tidak lagi melanjutkan perjalanannya. Sebab kalau belum bertemu dengan orang yang dikehendakinya, maka ia akan terus mencarinnya. 
  3. Nabi Musa As. termasuk salah seorang Nabi "Ulul Azmi" (yang memiliki keteguhan). Ketika Allah Swt. memberitahukan bahwa ada seorang hamba yang diberi ilmu yang tidak diberikan kepada Musa As., maka Nabi Musa As. pun segera memohon kepada Allah agar diberi petunjuk untuk menimba ilmu darinya. Setelah Nabi Musa As. menemuinya, Khidir As. mengatakan, "Sekali-kali kamu tidak akan sanggup dan sabar bersamaku." Maka Musa As. pun menjawab, "Insya Allah kamu mendapatiku sebagai orang yang sabar dan tidak akan menentangmu." Pernyataan Musa As. ini sebagai bukti ketawadhuannya walaupun tidak diragukan lagi bahwa Nabi Musa As. lebih utama, lebih tinggi kedudukan dan derajatnya daripada Khidir As. Ini pula yang menjadi keutamaan Nabi Musa As. ketika harus menempuh perjalan  yang sangat melelahkan dalam mencari ilmu. Demikian juga dalam adab-adabnya serta Kesungguhannya dalam meraih ilmu. Baca juga Kisah Nabi Musa dan Sapi Betina Bani Israil, Kisah Nabi Musa dan Firaun.

Sumber:

(lbnul Asir Al-Jazari, Al-Kamil fit Tarikhi, Jilid 1: 121-123).

(lbnul Asir Al-Jazari, A-Kāmil fit Tarikhi, Jilid 1: 123-125).

(Ibnul Asir Al-Jazari, Al-Kāmil fit Tārikhi, Jilid 1: 123 Abdurrahmān An-Najdi, Taisirul Manan Qasasil Qurān, 1429 H,: 99-100). 

(Syaikh Ahmad Muştaf Al-Marāghi, Tafsir Al Marāghi, t,t, Juz 15: 175-177).

Posting Komentar untuk "Pertemuan Nabi Musa dan Nabi Khidir yang Penuh Hikmah"