Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Perjalanan Desainer Fashion Muslim Indonesia Ria Miranda

Ria Miranda Desainer Fashion Busana Muslim yang Terkenal ke Mancanegara

    Bermula dari hasrat jiwa muda untuk tampil cantik dan beridentitas, Indria Miranda menciptakan lebih dari sekadar rancangan busana. Ia juga membentuk komunitas serta pasar baru yang kian berwarna. Perancang yang disapa Ria Miranda ini ikut memperagakan koleksi di perhelatan Indonesia Fashion Week 2014 sebagai anggota baru Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI). Ia belum bisa bernafas lega karena agendanya masih padat. Begitu pun, ia menyempatkan berbincang di kantor sekaligus butiknya, House of Riamiranda, di Bintaro Jaya, Tangerang Selatan. Ia merupakan desainer fashion muslim Indonesia muda yang terkenal bukan hanya di Indonesia namun sudah melanglangbuana ke mancanegara.

    Lima tahun lalu, Ria meniti pentas mode sebagai desainer muda untuk lini busana muslimah dengan memperkenalkan label miliknya sendiri, ”riamiranda”. Kini, ia sudah mempunyai 18 cabang butik House of Riamiranda di 14 kota besar. Ria aktif beredar di dunia maya. Akun media sosialnya, seperti Instagram, diikuti hampir 68.000 orang. ”Saya bukan tipe orang yang ambisius. Saya cuma menjalani sesuatu yang saya cintai,” ujarnya dengan suara lembut. Memang, pada paras ayu Ria tak terbaca jejak ambisi. Meski begitu, menjadi desainer adalah profesi yang menuntut tanggung jawab dan kerja keras. Ibu muda yang masih menyusui anak semata wayangnya ini juga harus memelihara energi kreatif untuk tetap produktif. Dengan 18 butik, Ria berdisiplin merilis empat koleksi baru setiap tahun. ”Tiap koleksi juga terbagi jadi dua subkoleksi,” ujar penyuka riasan natural yang baru terpilih sebagai brand ambassador kosmetik Wardah ini.

Senang Merantau 

    Muda dan sukses, bukan predikat yang gampang diraih. Sejak remaja, Ria sudah membayangkan dirinya berdiri di panggung lintasan mode, tampil sesaat setelah mementaskan koleksi rancangannya. Di Padang, kota tempat ia lahir dan dibesarkan, ia memupuk mimpi itu dengan buku gambar yang dipenuhi sketsa baju rancangannya. ”Waktu SMA, buku sketsa saya itu pernah laku dibeli teman lho.” Di Kampus Universitas Andalas, Padang, tempat ia kuliah pada 2002-2006, gaya berjilbab Ria saat itu kadang menuai komentar, karena dianggap tak biasa. ”Selama masih dalam batasan sopan, sebenarnya, kan, boleh-boleh saja berbusana kreatif. Waktu itu, menurut saya, kebanyakan gaya berjilbab masih rada monoton, enggak seru.”

    Bukan hal mudah bagi satu-satunya anak perempuan dari tiga bersaudara ini mendapat izin orangtua untuk merantau ke Jakarta, demi belajar mode, apalagi berkarier di dunia mode. Akan tetapi, kesungguhan Ria meluluhkan hati orangtua. Restu dikantongi, dan ia pun merambah belantara Jakarta. Tamat dari sekolah mode ESMOD, Jakarta, Ria tidak langsung membangun label. Ia memulai dengan menjadi fashion stylist di majalah Noor . Di situ, ia menangani padu-padan busana, dan pemotretan mode. Ia bergaul dengan kalangan industri mode. Setahun menggali pengalaman sebagai pengarah mode, barulah Ria membulatkan tekad menjadi desainer busana muslimah dengan label ”riamiranda”.

    Ria menemukan karakter yang menjadi ciri rancangannya, justru ketika membaca buku tentang desain interior Shabby Chic , karya Rachel Aswell. Gaya desain interior ini mengolah barang-barang bekas yang sudah tidak terpakai, juga barang klasik untuk direkondisi dengan sentuhan feminin. ”Dari situ saya belajar bahwa ketidaksempurnaan bisa terlihat menarik dengan sentuhan feminin yang cantik.” Gaya ini juga memungkinkan Ria menggunakan warna-warna pastel lembut yang hingga kini menjadi ciri rancangannya.

Belajar Ikhlas 

    Pada 2009, Ria memulai dengan menggali ide untuk koleksi pertama, lalu menuangkannya dalam puluhan sketsa, lengkap dengan pilihan warna, teknik jahitan, dan detail. Pulang berbelanja kain, seorang pengendara motor berteriak, mengisyaratkan ban mobil Ria bocor. Ia pun menepi dan turun memeriksa ban. Saat itulah, tas-tas yang ada di kursi belakang diangkut maling, termasuk tas berisi sketsa-sketsanya. Baru saja memulai, aral sudah merintang. Ria pun menyemangati diri sendiri. Sketsa desain koleksi pertamanya hilang, tetapi ide tetap di kepala. Ia menggambar ulang. Berikutnya, membentuk tim produksi, termasuk penjahit berkualitas. Ia juga memikirkan label, logo, rencana promosi, penjualan, pemotretan, mencari model, fotografer, hingga aksesori.

    Ketika koleksi sudah diluncurkan dan disambut amat positif oleh pasar, sandungan berikutnya menghadang. Ria mendapat asisten kepercayaannya justru "bermain" sendiri di belakang. Ketika model blus kasual menyatu dengan penutup kepala (hoodie ) yang ia desain melejit, desain itu juga laris dibajak. ”Akhirnya saya belajar ikhlas,” ujarnya tanpa ketinggalan senyum.

Ketemu mitra seumur hidup 

    Ria lahir dari keluarga besar yang kebanyakan berprofesi pebisnis. Ayahnya, Syahrial Syarief, adalah pengusaha di Padang sekaligus pengajar di Universitas Andalas. Namun, Ria punya mimpi sendiri: jadi perancang mode. Menjelang tamat SMA, tak terbersit niat Ria ikut ujian masuk perguruan tinggi. Ia justru mengisi liburan sekolah ke Jakarta untuk ”survei” sekolah-sekolah mode. Hasrat belajar mode itu tak segera terpuaskan. Sang ayah memintanya menamatkan kesarjanaan dulu di Padang. Empat tahun setelah merampungkan kuliah ekonomi, Ria kembali ”menagih” sang ayah mengizinkannya belajar mode di Jakarta. Izin pertamanya hanya untuk kursus tiga bulan membuat sketsa. ”Itu pun rasanya sudah seperti anak kecil dikasih permen, senang banget!” Setelah kursus, ia ”menawar” lagi agar diizinkan meneruskan ke program studi mode satu tahun. Dengan bantuan para tante yang ikut membujuk sang ayah, Ria bisa meneruskan studi mode lagi. Di kampus ESMOD Jakarta, tempat ia belajar itu Ria antara lain bersahabat dengan Dian Pelangi yang kini juga dikenal sebagai desainer busana muslim papan atas.

    Bersama Dian Pelangi dan beberapa sahabat lainnya, Ria membangun komunitas yang kini dikenal sebagai Hijabers Community. Sampai saat ini, komunitas ”hijaber” terus berkembang dan menjadi pasar tersendiri bagi produk mode, khususnya busana muslimah. Ria merasa sangat beruntung. Selain orangtua dan keluarga yang mendukung, ia juga menemukan a lifetime partner . Begitu istilah Ria menyebut suaminya, Pandu Rosadi.

    Sejak berkenalan pada 2010, Pandu yang ketika itu bekerja di sebuah perusahaan multinasional sudah menjadi kawan diskusi Ria untuk menggali ide-ide baru, terutama menyangkut aspek bisnis mode. Pada usia 25 tahun, Ria menikah dengan Pandu. ”Buat perempuan di Padang, di usia itu sudah sepatutnya punya suami, sudah ditanya-tanya terus. Kalau untuk ukuran perempuan berkarier di Jakarta mungkin belum ya.” Menjelang kelahiran putri mereka, Juni 2012, sang suami memberinya ”kado”. Pandu mundur dari pekerjaan yang sudah mapan dan total mendukung Ria mengelola rumah mode ”riamiranda”. Dengan begitu, Ria bisa lebih mengerahkan energi untuk menggarap aspek kreatif, sedangkan sang suami lebih banyak menangani bisnis. ”Ini memang kemitraan seumur hidup,” kata Ria.

Desainer Fashion Muslim Ria Miranda
Desainer Fashion Muslim Indria Miranda

Busana karya Ria Miranda

Apa warna Shabby Chic itu?

    Istilah shabby chic diambil dari warna-warna tanah yang lusuh namun chic. Warna-warna ini terdiri dari warna-warna pucat seperti pink salmon, pink debu, hijau zaitun, dll. Ria Miranda mengatakan bahwa setiap perempuan khususnya muslimah akan terlihat lembut, sopan, dan tenang dengan warna-warna tanah yang lunak dipadu dengan bahan kain yang nyaman dan pola-pola draperi. Dia mengaku bahwa desainnya dijahit dan dipola secara presisi melewati proses trials and errors sebelumnya.

Buku Inspiration by Ria miranda

    Di buku barunya, Inspiration by Riamiranda, Ria mencoba memberikan beragam pilihan desain cantik berupa maxi dress, cardigan, jumpsuit, dan hareem pants menggunakan bahan yang lembut dan nyaman. Video di bawah ini adalah behind the scene dari penulisan buku tersebut. “Busana rancangannya sangat nyaman dipakai, modis, menyenangkan, dan memudahkan wanita muslim yang aktif untuk tampil baik, indah, dan selalu cantik.”

Hijab Indria Miranda
Desainer Fashion Muslim Indria Miranda

Biodata 
Lahir: Padang, 15 Juli 1985
Suami: Pandu Rosadi
Anak: Katyaluna
Pendidikan:
* Fakultas Ekonomi Universitas Andalas, Padang, lulus 2006
* Sekolah Mode ESMOD, lulus 2008

Pengalaman:
* Fashion stylist Majalah Noor , 2008-2009
* Desainer, Pendiri label ”riamiranda”, 2009-sekarang

Kompas Cetak/Nur Hidayati
Email : hello@riamiranda.com
URL : www.riamiranda.com
Pendukung : http://www.anitascarf.com/ http://www.jakartafashionweek.co.id/
http://www.shabbychic.com/

2 komentar untuk "Perjalanan Desainer Fashion Muslim Indonesia Ria Miranda"